Sabtu, 16 Mei 2015

KONSEP KEPEMIMPINAN

KONSEP KEPEMIMPINAN
A.      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu (Oteng Sutisna, 1983:254). Defenisi kepemimpinan ini menunjukkan bahwa kepemimpinan adalah fungsi dari pemimpin, pengikut, dan variable situasi lain. Dalam setiap situasi di mana seseorang sedang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, kepemimpinan terjadi. Jadi, setiap orang pada suatu waktu dapat menjalankan kepemimpinan, apakah itu di keluarga, sekolah, bisnis, organisasi politik atau pun rumah sakit. Selain itu definisi ini juga menyebut pemimpin dan pengikut dan bukan hanya yang terdapat dalam hubungan atasan dan bawahan. Setiap saat seseorang sedang mencoba mempengaruhi perilaku orang lain, ia adalah pemimpin potensial dan orang yang ia coba pengaruhi itu adalah pengikut potensial, apakah itu seorang atasan, teman sekerja, bawahan, sahabat, atau saudaranya.
Menurut George Terry (1975: 458)), Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Definisi yang dikemukakan Terry hampir sama dengan yang dikemukakan Sutisna. Bedanya pada definisi Terry bahwa orang lain itu bekerja dengan sukarela, jadi bukan karena dipaksa atau terpaksa. Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok  untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Sudarwan Danim,2003: 53).
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang agar orang lain bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
                Berkaitan dengan kepemimpinan yang diinginkan sesuai dengan posisi pemimpin di dalam kelompok yang dipimpin, Ki Hajar Dewantoro mengemukakan sebagai berikut:
Ing Ngarsa Sung Tuladha pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ing Madya Mangun Karsa pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.Tut Wuri Handayani pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya berani  berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawa.
B.      Gaya Kepemimpinan
Menurut Ngalim Purwanto (1992: 48 – 50) ada tiga gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan Otokratis, Demokratis, L aissezfaire.
1.       Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang sebagai orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya menerima instruksi saja dan tidak diperkenankan membantah maupun mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam posisi demikian anggota atau bawahan tidak terlibat dalam soal keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala sesuatunya ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak pada pemimpin.
2.       Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang kepada semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberi kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan organisasi. Gaya kepemimpinan ini memandang bawahan sebagai bagian dari keseluruhan organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan tugas untuk mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi.
3.       Gaya Kepemimpinan Laissez faire
Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak kepada para bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif dan tidak memberikan contoh-contoh kepemimpinan.
C.      Teori Munculnya Pemimpin
Tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin ialah :
1.   Teori genetis menyatakan sebagai berikut :
Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanapun juga. Secara filosofi, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
2.    Teori social (lawan teori genetis) menyatakan sebagai berikut :
Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri
3.      Teori ekologis atau sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan bahwa seorang akan sukses menjadi pimpinan, bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ ekologisnya.
D.      Kepemimpinan Yang Efektif
Para ahli telah lama melakukan penelitian tentang kepemimpinan. Marshall Sashkin dan Molly G. Sashkin (2011: 17 – 51) telah merangkum hasil penelitian sebelumnya dan juga  melakukan penelitian tentang kepemimpinan yang efektif. Ada 4 pendekatan kepemimpinan yang efektif mulai dari tahun 1900-an sampai dengan 2000-an. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Pendekatan Teori Orang Besar, Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pemimpin besar dilahirkan seperti itu. Oleh  karena itu, jika kita bisa mengidentifikasi karakteristik-karakteristik atau sifat-sifat yang membuat mereka efektif, kita dapat memahami rahasia kepemimpinan. Pendekatan ini berpendapat kepemimpinan yang efektif dipengaruhi oleh sifat-sifat tertentu. Ralph Stogdill telah mengkaji ulang lebih dari 100 laporan penelitian terbaik. Tujuannya untuk menemukan kesimpulan mengenai sifat-sifat dan karakteristik kepemimpinan. Stogdill menemukan bahwa  sifat-sifat seperti kecerdasan, keramahan, kreatif, asertif, dan bertanggung jawab berbeda antara pemimpin dan pengikut. Tetapi perbedaan itu tidak signifikan secara statistic. Artinya sifat-sifat kepemimpinan sama sekali tidak penting.
2.       Pendekatan Perilaku. Para peneliti dari Universitas Michigan, Universitas Ohio, dan Universitas Harvard telah meneliti perilaku kepemimpinan yang berpusat pada tugas dan yang berpusat pada pekerja (hubungan). Tampilan sejumlah besar perilaku kepemimpinan yang terpusat pada ketrampilan tugas (hasil pekerjaan) atau  yang terpusat pada pekerja (sosioemosional pekerja).. Atau  pada saat yang sama berfokus pada keduanya secara bersamaan. Pengawas yang berfokus pada pekerja mungkin mengamati satu kelompoklamban bekerja. Pengawas tersebut mungkin bertanya apa yang bisa dilakukannya untuk dapat membantu mereka. Sebaliknya seorang pengawas  yang terpusat tugas akan bertindak dengan cara yang agak berbeda. Mungkin dia akan mengatakan kepada para pekerja bahwa mereka tidak cukup cepat bekerja. Pendekatan  ini menghasilakan sesuatu  yang berbeda, tetapi tidak seperti yang diharapkan peneliti.
3.       Pendekatan situasional atau kontingensi. Jika kepemimpinan bukanlah tentang siapa orangnya, dan bukan pula berhubungan dengan perilaku yang tepat, barangkali rahasianya adalah mengerjakan hal yang benar pada waktu yang tepat. Hal  ini merupakan logika sederhana dari beberapa pendekatan kepemimpinan yang biasa disebut teori situasional atau kontingensi. Pendekatan ini mengusulkan bahwa hal yang benar untuk dikerjakan bergantung pada situasinya. Terkadang, sangat baik untuk berfokus pada tugas. Di waktu yang lain, pemimpin sebaiknya berkonsentrasi pada pekerja. Pendekatan situasional ini tidak lebih baik dari pendekatan perilaku (Marshall Sashkin dan Molly G. Sashkin, 2011,: 27).
4.       Kepemimpinan Transformasional.
Marshall Sashkin dan Molly G. Sashkin mengemukakan 4 dimensi perilaku kepemimpinan transformasional, yaitu:
a.       Kepemimpinan Komunikasi. Yang unik bagi perilaku transformasional adalah ketrampilan untuk berfokus pada perhatian dan menggamblangkan gagasan-gagasan yang kompleks dengan menggunakan berbagai metafora.
b.      Kepemimpinan yang kredibel. Kepercayaan membuat kita merasa lebih nyaman dan aman dalam hubungan kita dengan seseorang yang kita percayai. Dengan adanya kepercayaan akan mengurangi ambiguitas dan ketidakpastian. Ada dua tindakan yang yang dilakukan seseorang yang menyebabkan orang lain makin percaya kepadanya, yaitu konsistensi dan kredibilitas. Tindakan yang konsisten akan membangun kepercayaan. Contoh, konsistensi antara apa yang Anda ucapkan dan apa yang Anda lakukan akan mengurangi ketidakpastian bagi orang lain. Ini akan membuat mereka percaya kepada Anda. Sebaliknya , ketika seseorang memberi tahu Anda untuk “melakukan seperti yang saya katakan, bukan seperti yang saya lakukan,” Anda cenderung untuk tidak mempercayai orang itu. Memperlakukan orang dengan konsisten. Sebagai contoh mereka menunjukkan  rasa hormat kepada orang lain, baik itu teman atau orang lain. Konsistensi menghendaki agar bertindak dengan cara yang sama, dari waktu ke waktu, dan memberikan pesan yang tetap.
Kredibilitas menuntut seseorang melakukan apa yang dikatakannya. Hal ini berarti memegang teguh janji dan memenuhi komitmen. Para pemimpin yang tranformasional, dengan tindakannya yang konsisten dan kredibel akan meningkatkan kepercayaan orang lain.
c.       Kepemimpinan yang Peduli.  Peduli terhadap orang dapat dilihat antara lain 1) rasa hormat pada orang lain, 2) menghargai keterampilan-keterampilan dan kemampuan individu lain, 3) memastikan bahwa orang yang dipimpin merasa terlibat dan merupakan bagian dari kelompok, 4) menghargai perbedaan setiap individu.
d.      Menciptakan berbagai Peluang. Keinginan untuk memberdayakan orang lain dengan cara-cara yang dilihat beberapa pengamat sebagai hal yang berbahaya bagi pemimpin. Para  pemimpin tidak hanya membuat bawahan untuk bertanggung jawab atas tugas yang sulit atau berbahaya, dan berharap berharap bawahannya akan berhasil. Akan tetapi pemimpin merancang kesempatan baik bagi orang lain untuk bertanggung jawab dan memegang control atas pekerjaan mereka. Artinya seorang pemimpin transformasional yakin bahwa bawahannya memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sumber daya untuk melaksanakan pekerjaan itu dan mengerjakannya dengan benar.


DAFTAR BACAAN
Denim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Orgnisasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sashkin, Marshall dan Sashkin, Molly G. 2011. Prisip-Prinsip Kepemimpinan. Terjemahan oleh:Rudolf Hutauruk. Jakarta; Penerbit Erlangga.
Sutisna, Oteng. 1986. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Terry, George R. 1975. Principles of Management, Sixth Editions. Illinois: Richard D. Irwin, Inc.