KONSEP
KEPEMIMPINAN
A.
Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang
atau kelompok dalam usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi
tertentu (Oteng Sutisna, 1983:254). Defenisi kepemimpinan ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan adalah fungsi dari pemimpin, pengikut, dan variable situasi lain.
Dalam setiap situasi di mana seseorang sedang berusaha mempengaruhi perilaku
orang lain atau kelompok, kepemimpinan terjadi. Jadi, setiap orang pada suatu
waktu dapat menjalankan kepemimpinan, apakah itu di keluarga, sekolah, bisnis,
organisasi politik atau pun rumah sakit. Selain itu definisi ini juga menyebut
pemimpin dan pengikut dan bukan hanya yang terdapat dalam hubungan atasan dan
bawahan. Setiap saat seseorang sedang mencoba mempengaruhi perilaku orang lain,
ia adalah pemimpin potensial dan orang yang ia coba pengaruhi itu adalah
pengikut potensial, apakah itu seorang atasan, teman sekerja, bawahan, sahabat,
atau saudaranya.
Menurut George Terry (1975: 458)), Kepemimpinan adalah
kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Definisi yang dikemukakan Terry hampir sama
dengan yang dikemukakan Sutisna. Bedanya pada definisi Terry bahwa orang lain
itu bekerja dengan sukarela, jadi bukan karena dipaksa atau terpaksa.
Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk mengkoordinasi dan
memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah
tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
(Sudarwan Danim,2003: 53).
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang agar orang lain bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya
Berkaitan
dengan kepemimpinan yang diinginkan sesuai dengan posisi pemimpin di dalam
kelompok yang dipimpin, Ki Hajar Dewantoro mengemukakan sebagai berikut:
Ing Ngarsa Sung Tuladha
pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola
anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ing Madya Mangun Karsa pemimpin harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.Tut Wuri Handayani
pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung
jawa.
B. Gaya
Kepemimpinan
Menurut Ngalim Purwanto (1992:
48 – 50) ada tiga gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan Otokratis,
Demokratis, L aissezfaire.
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin
sebagai sumber kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang
sebagai orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya
menerima instruksi saja dan tidak diperkenankan membantah maupun mengeluarkan
ide atau pendapat. Dalam posisi demikian anggota atau bawahan tidak terlibat
dalam soal keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala sesuatunya
ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak pada
pemimpin.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang
kepada semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota
diberi kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan
organisasi. Gaya kepemimpinan ini memandang bawahan sebagai bagian dari
keseluruhan organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia. Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan tugas untuk
mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi.
3.
Gaya
Kepemimpinan Laissez faire
Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan
mutlak kepada para bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan
pekerjaan diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat
pasif dan tidak memberikan contoh-contoh kepemimpinan.
C. Teori
Munculnya Pemimpin
Tiga teori yang menonjol
dalam menjelaskan kemunculan pemimpin ialah :
1. Teori genetis menyatakan sebagai
berikut :
Pemimpin itu tidak
dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa
sejak lahirnya Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi kondisi
yang bagaimanapun juga. Secara filosofi, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
2. Teori social (lawan teori genetis)
menyatakan sebagai berikut :
Pemimpin itu harus
disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja. Setiap orang
bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong
oleh kemauan sendiri
3. Teori ekologis atau sintetis
(muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan
bahwa seorang akan sukses menjadi pimpinan, bila sejak lahirnya dia telah
memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan
melalui pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan
lingkungan/ ekologisnya.
D.
Kepemimpinan Yang Efektif
Para ahli telah lama
melakukan penelitian tentang kepemimpinan. Marshall Sashkin dan Molly G.
Sashkin (2011: 17 – 51) telah merangkum hasil penelitian sebelumnya dan
juga melakukan penelitian tentang
kepemimpinan yang efektif. Ada 4 pendekatan kepemimpinan yang efektif mulai
dari tahun 1900-an sampai dengan 2000-an. Pendekatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Pendekatan Teori Orang
Besar, Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pemimpin besar dilahirkan seperti
itu. Oleh karena itu, jika kita bisa
mengidentifikasi karakteristik-karakteristik atau sifat-sifat yang membuat
mereka efektif, kita dapat memahami rahasia kepemimpinan. Pendekatan ini
berpendapat kepemimpinan yang efektif dipengaruhi oleh sifat-sifat tertentu.
Ralph Stogdill telah mengkaji ulang lebih dari 100 laporan penelitian terbaik.
Tujuannya untuk menemukan kesimpulan mengenai sifat-sifat dan karakteristik
kepemimpinan. Stogdill menemukan bahwa
sifat-sifat seperti kecerdasan, keramahan, kreatif, asertif, dan
bertanggung jawab berbeda antara pemimpin dan pengikut. Tetapi perbedaan itu
tidak signifikan secara statistic. Artinya sifat-sifat kepemimpinan sama sekali
tidak penting.
2.
Pendekatan Perilaku. Para
peneliti dari Universitas Michigan, Universitas Ohio, dan Universitas Harvard
telah meneliti perilaku kepemimpinan yang berpusat pada tugas dan yang berpusat
pada pekerja (hubungan). Tampilan sejumlah besar perilaku kepemimpinan yang terpusat
pada ketrampilan tugas (hasil pekerjaan) atau
yang terpusat pada pekerja (sosioemosional pekerja).. Atau pada saat yang sama berfokus pada keduanya
secara bersamaan. Pengawas yang berfokus pada pekerja mungkin mengamati satu
kelompoklamban bekerja. Pengawas tersebut mungkin bertanya apa yang bisa
dilakukannya untuk dapat membantu mereka. Sebaliknya seorang pengawas yang terpusat tugas akan bertindak dengan
cara yang agak berbeda. Mungkin dia akan mengatakan kepada para pekerja bahwa
mereka tidak cukup cepat bekerja. Pendekatan ini menghasilakan sesuatu yang berbeda, tetapi tidak seperti yang
diharapkan peneliti.
3.
Pendekatan situasional atau
kontingensi. Jika kepemimpinan bukanlah tentang siapa orangnya, dan bukan pula
berhubungan dengan perilaku yang tepat, barangkali rahasianya adalah
mengerjakan hal yang benar pada waktu yang tepat. Hal ini merupakan logika sederhana dari beberapa
pendekatan kepemimpinan yang biasa disebut teori situasional atau kontingensi.
Pendekatan ini mengusulkan bahwa hal yang benar untuk dikerjakan bergantung
pada situasinya. Terkadang, sangat baik untuk berfokus pada tugas. Di waktu
yang lain, pemimpin sebaiknya berkonsentrasi pada pekerja. Pendekatan
situasional ini tidak lebih baik dari pendekatan perilaku (Marshall Sashkin dan
Molly G. Sashkin, 2011,: 27).
4.
Kepemimpinan
Transformasional.
Marshall Sashkin dan Molly
G. Sashkin mengemukakan 4 dimensi perilaku kepemimpinan transformasional,
yaitu:
a.
Kepemimpinan Komunikasi.
Yang unik bagi perilaku transformasional adalah ketrampilan untuk berfokus pada
perhatian dan menggamblangkan gagasan-gagasan yang kompleks dengan menggunakan
berbagai metafora.
b.
Kepemimpinan yang kredibel.
Kepercayaan membuat kita merasa lebih nyaman dan aman dalam hubungan kita
dengan seseorang yang kita percayai. Dengan adanya kepercayaan akan mengurangi
ambiguitas dan ketidakpastian. Ada dua tindakan yang yang dilakukan seseorang
yang menyebabkan orang lain makin percaya kepadanya, yaitu konsistensi dan
kredibilitas. Tindakan yang konsisten akan membangun kepercayaan. Contoh,
konsistensi antara apa yang Anda ucapkan dan apa yang Anda lakukan akan
mengurangi ketidakpastian bagi orang lain. Ini akan membuat mereka percaya
kepada Anda. Sebaliknya , ketika seseorang memberi tahu Anda untuk “melakukan
seperti yang saya katakan, bukan seperti yang saya lakukan,” Anda cenderung
untuk tidak mempercayai orang itu. Memperlakukan orang dengan konsisten.
Sebagai contoh mereka menunjukkan rasa
hormat kepada orang lain, baik itu teman atau orang lain. Konsistensi
menghendaki agar bertindak dengan cara yang sama, dari waktu ke waktu, dan memberikan
pesan yang tetap.
Kredibilitas menuntut seseorang melakukan apa yang dikatakannya.
Hal ini berarti memegang teguh janji dan memenuhi komitmen. Para pemimpin yang
tranformasional, dengan tindakannya yang konsisten dan kredibel akan
meningkatkan kepercayaan orang lain.
c.
Kepemimpinan yang Peduli. Peduli terhadap orang dapat dilihat antara
lain 1) rasa hormat pada orang lain, 2) menghargai keterampilan-keterampilan
dan kemampuan individu lain, 3) memastikan bahwa orang yang dipimpin merasa
terlibat dan merupakan bagian dari kelompok, 4) menghargai perbedaan setiap
individu.
d.
Menciptakan berbagai
Peluang. Keinginan untuk memberdayakan orang lain dengan cara-cara yang dilihat
beberapa pengamat sebagai hal yang berbahaya bagi pemimpin. Para pemimpin tidak hanya membuat bawahan untuk
bertanggung jawab atas tugas yang sulit atau berbahaya, dan berharap berharap
bawahannya akan berhasil. Akan tetapi pemimpin merancang kesempatan baik bagi orang lain untuk bertanggung jawab
dan memegang control atas pekerjaan mereka. Artinya seorang pemimpin transformasional
yakin bahwa bawahannya memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sumber daya untuk
melaksanakan pekerjaan itu dan mengerjakannya dengan benar.
DAFTAR
BACAAN
Denim,
Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional
dalam Komunitas Orgnisasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sashkin,
Marshall dan Sashkin, Molly G. 2011. Prisip-Prinsip Kepemimpinan. Terjemahan
oleh:Rudolf Hutauruk. Jakarta; Penerbit Erlangga.
Sutisna,
Oteng. 1986. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional.
Bandung: Angkasa.
Terry,
George R. 1975. Principles of Management, Sixth Editions. Illinois: Richard D.
Irwin, Inc.